Seperti kata pepatah, “Ada Gula, Ada Semut”. Otomatis, di mana gula itu berada, sudah pasti semut akan datang mengerebungi. Setiap semut yang datang, berusaha mendapatkan gula yang sama untuk dicicipi. Begitu pula dengan bisnis. Jika sebuah bisnis terlihat menguntungkan, sudah otomatis, para pelaku bisnis lain akan mengerubungi untuk mencicipi ‘gula’ yang sama. Dari situlah, tercipta persaingan.
Namun, persaingan dapat diibaratkan sebuah pedang bermata dua. Jika kita mampu sikapi persaingan itu dengan benar, maka akan bermanfaat bagi kita. Tapi sebaliknya. Jika kita salah menyikapinya, sudah barang tentu, jangankan mencicipinya, mendekatinya saja kita tidak akan bisa dan berujung fatal. Yaitu, kebangkrutan.
Nah, di era digital seperti saat ini, dimana teknologi informasi telah mengintegrasikan segala hai melaiui gadget canggih seperti ponsel dan tablet cerdas dengan internet, para pelaku usaha dituntut untuk mampu memenangkan persaingan bisnis secara cerdas dan juga cermat. Mereka yang mampu ‘bersahabat’ dengan teknologi terkini dan tahu cara menyikapinya, sudah pasti akan mampu memenangkan persaingan bisnis di era digital yang sangat kompetitif ini.
Bagaimana dengan bisnis laundry? Ya, pada prinsipnya sama. Era digital datang tanpa mengenal jenis bisnis. Setiap bisnis yang mampu menyikapi dengan baik era digital saat ini, sudah dapat dipastikan akan mampu memenangkan persaingan. Karena tak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini, telah memicu globalisasi yang juga turut memicu perubahan lingkungan eksternal dan berdampak signifikan terhadap bisnis dan perilaku masyarakat saat ini.
Dampak dari besarnya perubahan tadi memerlukan paradigm baru agar para pelaku bisnis dapat bersaing di lingkungan bisnis yang baru dengan melakukan penerapan teknologi informasi dalam bisnis mereka. Harapannya, penerapan teknologi informasi ini dalam bisnis dapat memberikan kontribusi secara nyata yang notabene akan menuntun pada tujuan memenangkan persaingan bisnis.
Tapscott dan Caston dalam “Paradigma Shift: The New Promise of Information Technology“, mengemukakan tujuh pendorong utama terbentuknya lingkungan bisnis baru tersebut, yaitu Productivity of knowledge and service workers, quality, responsiveness, globalization, outsourcing, partnering, social dan environmental responsibility.
Dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan berbagai bidang industri, terutama kemampuannya untuk mengambil manfaat dari teknologi informasi, merupakan hal yang penting untuk digunakan mengindentifikasi semua kesempatan dan ancaman potensi yang berdasarkan pengaruh potensial teknologi informasi dalam industri dan keseimbangan usaha kompetisi. Begitu pun dengan bisnis laundry yang meski sangat berkembang dengan pesat, tapi dihadapkan oleh persaingan yang juga sangat ketat saat ini.
Pertanyaannya, sejauh mana penerapan teknologi informasi dapat dijadikan sarana bagi para pengusaha bisnis laundry untuk memperoleh keunggulan dalam bersaing di era digital? Jawabannya, masih banyaknya teknologi informasi yang belum diterapkan secara optimal di Indonesia, membuka kesempatan bagi pelaku bisnis laundry untuk menggunakannya sebagai alat’ dalam memperoleh keunggulan bersaing di era yang serba tekan tombol saat ini. Otomatis, kemampuan memahami teknologi ini, harus dikuasai oleh para pelaku usaha laundry di Indonesia.
Selain itu, yang perlu dilakukan adalah mengantisipasi perubahan dalam lingkungan bisnis serta perkembangan teknologi informasi, sehingga dapat menerapkan teknologi tadi sebelum pesaing melakukannya sebagai suatu cara untuk memperoleh keunggulan bersaing.
Dalam hal ini, perkembangan teknologi informasi memberikan kesempatan untuk menyesuaikan proses bisnis dengan perkembangan lingkungannya. Sehingga yang diperlukan adalah kepemimpinan untuk mengubah cara kerja.
Sedangkan implementasi teknologi baru hanya merupakan sarana pendukung. Struktur organisasi yang didasarkan pada network dan business team mensyaratkan integrasi sistem dan yang hendak dicapai adalah efektifitas dan efisiensi organisasi secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan inovasi dan biaya yang tidak sedikit. Karena setiap pelaku usaha perlu melakukan restrukturisasi organisasi yang mengarah kepada integrated enterprise, dengan sistem informasi dan teknologi informasi yang terintegrasi sebagai sarana pendukungnya.
Pada era digital seperti saat ini, telah banyak diungkap berbagai macam strategi bisnis yang relatif baru. Meliputi berbagai bidang yang terkait dengan bisnis itu sendiri. Strategi bisnis baru tersebut antara lain meliputi redesigning, reengineering, benchmarking, empowerment, outsourcing dan sebagainya. Penerapan salah satu strategi bisnis baru tersebut akan berpengaruh pada keseluruhan lingkungan bisnis.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini, sudah otomatis, informasi yang dihasilkannya juga menjadi komoditas yang mahal. Mahalnya informasi ini berkaitan dengan arti strategisnya. Yakni dapat berupa ketersediaan dan kehandalan dalam membantu memecahkan berbagai bentuk persoalan manajemen sebuah bisnis, khususnya bisnis laundry. Seperti informasi mengenai posisi perusahaan dalam persaingan, informasi mengenai posisi perusahaan pesaing dan informasi mengenai perubahan lingkungan eksternal perusahaan lainnya.
Namun, harus diakui teknologi informasi telah secara dramatis berpengaruh pada struktur organisasi secara keseluruhan. Karena itu sudah merupakan keharusan bagi suatu organisasi bisnis untuk mampu menguasai dan memanfaatkan secara optimal teknologi informasi tersebut. Khususnya, di era digital seperti saat ini.
Salah satu bentuk penerapan teknologi informasi saat ini di Indonesia adalah maraknya penggunaan aplikasi mobile, seperti yang dilakukan oleh sebuah perusahaan penyedia jasa transportasi. Hal ini secara tidak sadar telah mendorong semakin memperketat persaingan industri bisnis yang sama.
Contohnya, sebuah penyedia jasa transportasi A lebih dulu menggunakan aplikasi mobile untuk melakukan pencarian dan penjemputan pelanggan. Perusahaan jasa transportasi B yang belum melakukan hal yang sama, sudah dapat dipastikan pelanggannya akan direbut dan membuat perusahaan tersebut mati suri bahkan mungkin gulung tikar, jika tidak buru-buru mengambil langkah dengan melakukan inovasi yang minimal sama dengan pesaingnya.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya penerapan teknologi informasi, juga harus menjadi perhatian serius bagi para pelaku usaha laundry di Indonesia. Dengan apa? Apakah melakukan hal sejenis dengan mulai menggunakan aplikasi mobile? Jika memang memungkinkan, sebaiknya itulah yang dijadikan prioritas saat ini. Tetapi jika memang belum memungkinkan, masih banyak cara lain yang dapat dilakukan. Namun, diperlukan perhatian ekstra dan keseriusan para pelaku usaha laundry tersebut.
Masyarakat Indonesia saat ini sudah melek terhadap teknologi dan pintar mencari referensi melalui media online. Sehingga informasi mudah tersebar di mana-mana. Alhasil, ketika ada masyarakat yang mendapatkan pelayanan yang tidak bagus, informasi itu akan mudah sekali menyebar.
Untuk itu, metode paling sederhana untuk minimal tetap dapat
bertahan dan tidak menutup kemungkinan memenangkan persaingan bisnis yang ketat, sebuah bisnis laundry harus tetap memberikan pelayanan prima yang berbeda kepada konsumennya.
Pelaku bisnis laundry harus mulai melakukan berbagai ‘kejutan’ yang dapat membuat konsumen puas dan berujung pada referensi kepada koleganya. Karena pada prinsipnya, metode bisnis konvensional masih tetap dibutuhkan dan metode digitalisasi hanya sebagai medianya. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan media tersebut dalam memenangkan ketatnya persaingan di era digital saat ini.
Langkah sederhana yang harus mulai dipraktekkan adalah jadikan personal branding sebagai pemimpin, mulai menginventarisir kembali target pasar, bangun eksistensi di berbagai media online dan mulailah membuat sistem otomatisasi dengan mengunakan aplikasi sederhana yang berbiaya murah. Membuat website contohnya, hanya bermodalkan biaya rendah bisa menjangkau kalangan yang lebih luas dan pemasaran yang efisien.