Iqbal (bukan nama sebenarnya) sudah membuka jasa laundry kiloan kurang lebih empat tahun di Jakarta (katakanlah begitu). Usaha yang dibangun dengan susah payah atau mungkin dia sebagai pionir di kawasan tersebut. Tapi hatinya sekarang gundah karena pada gang yang sama dan hanya berjarak 50 meter ada laundry baru di dekatnya. Bagaimana menyikapinya tentang hal ini?
Kegundahannya dia lampiskan di lini masa media sosial bahwa ini tidak adil dan mengkritisi etika bisnis laundry tetangga yang baru buka tersebut. Tentu saja pernyataan ini menimbulkan persepsi yang keliru tapi pada umumnya men-support agar tetap semangat dan menyatakan rejeki tidak akan tertukar. Dan ternyata banyak juga yang dialami seperti pak Iqbal bahkan tempat usaha laundry bersebelahan seperti bakul cabai di pasar saja, tidak suka dengan yang satu tinggal pindah ke yang lain. Yang terpenting menjaga kualitas cucian dan pelayanan yang baik, tentunya akan didatangi pelanggan.
Umumnya sih memberi saran yang bersifat teknis belaka dan malah ada yang menyatakan kalau begitu mending tutup saja laundry-nya kalau takut akan persaingan. Sebenarnya menarik juga kalau banyak laundry si sekitar kita, selain menguntungkan pelanggan untuk bebas memilih akan layanan yang kita tawarkan dan pelaku usaha diminta untuk berinovasi mengedepankan mutu dan layanan agar tidak terlibas oleh kemajuan zaman. Hal ini penulis pernah jumpai gerai laundry berderet di sebuah apartemen di Jakarta Timur sewaktu penulis mengantarkan parfum laundry ke salah satu pelanggan.
Kalau penulis sih tetap menyarankan meng-online-kan bisnis kucek-kucek ini dengan cara membuat website atau blog karena jaman now pelnggan ingin serba praktis segala mencari jasa laundry melalui pencarian di mesin pencari Google. Pengen tahu cara bagaimana agar usaha laundry Anda dikenal oleh banyak orang lintas batas dan waktu?